Kamis, 14 Maret 2019

 

PUJIAN YANG MEMATIKAN

Yesus berkata kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.” (Matius 16:6)

Pada suatu ketika terjadi kekeringan melanda sebuah area yang memaksa hewan-hewan yang tinggal di sana segera bermigrasi. Hal itu terjadi lantaran minimnya makanan dan minuman yang tersedia. Dua ekor angsa bersepakat untuk bermigrasi ke daerah lain yang masih ada air & makanannya, sang kura-kura pun menjadi risau mendengar rencana tersebut dengan kondisinya yang hanya bisa bergerak lambat. Dia tidak dapat terbang, maka mustahil bagi dirinya mengikuti jejak mereka. Untuk menolong kura-kura, kedua angsa mengigit sebatang ranting pohon di pinggir kiri dan kanan, sang kura-kura menggigit bagian tengah ranting itu dan mencari danau yang lebih banyak persediaan airnya.

Ketika sedang terbang, seekor burung gagak berkata: “Dasar tidak tau malu, sudah gendut tidak bisa terbang membuat beban pula pada si Angsa.”  Sang kura-kura marah sekali, tetapi dia ingat kalau dia buka mulutnya, maka ia akan terjatuh mati. Ia tetap fokus pada gigitannya dan tidak mau mendengarkan si gagak lagi.

Tidak berapa lama, mereka bertemu dengan seekor burung jalak. Burung jalak berkata. “Wow, engkau kura-kura yang luar biasa, engkau hebat sekali laksana seorang raja yang menguasai bukan hanya di air dan di darat saja melainkan juga di udara. Si kura-kura dengan hati yang berbunga-bunga berkata, “Terima kasih, Saya iniiiii…”, Ia baru sadar bahwa ia sudah melepaskan gigitannya pada ranting tersebut ia pun jatuh terhempas ke tanah dan akhirnya mati. Ia mati bukan karena diserang kritik dan hujatan, ia mati karena pujian.

Cacian dan hinaan dapat memperkuat diri kita, namun pujian yang kita terima justru seringkali membuat kita dapat membuat diri kita jatuh. Tuhan Yesus menegor kelompok Farisi dan Saduki bukan karena keseriusannya dalam mempelajari Taurat, namun apa yang mereka lakukan cenderung didasari motivasi mencari kepujian bagi dirinya sendiri. Marilah kita semua membangun manajemen hati yang yang tidak tergoda baik dengan cacian, terlebih dengan pujian. [DS]