Kamis, 17 September 2020

Hanya Ada di Drama Korea?

“ Sedapat – dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” (Roma 12 : 18)

Katanya, orang yang membawa damai dan harapan cenderung mengutamakan kepentingan orang lain timbang kepentingan sendiri.  Tidak  berkecil hati pada saat orang lain tidak menghargai apa yang dilakukan, walau yang dilakukan penuh perjuangan. Jika dikatakan pembawa damai, dan harapan  berarti selalu berniat hanya untuk berbuat kebaikan bagi sesama. Rela berkorban menahan diri walau harus menderita, yang penting tidak tercipta keributan. Mereka adalah orang yang selalu setia kepada firman Allah dan membuatnya sebagai landasan hidup walau banyak menghadapi tantangan.

Ini seperti gambaran sosok  opa sempurna di drama Korea, yang hanya bisa dilihat, dinikmati tapi bukan untuk dunia nyata. Benarkah? Kadang yang paling menyiksa diberi label anak Tuhan adalah kehidupan yang serta merta harus berubah menjadi sosok ‘malaikat’.  Sosok penebar damai dan harapan.

Kenapa jalinan cerita di drama korea begitu hidup? Karena mereka, para pemain dan kru berpegang pada skenario. Skenario bagus yang dibuat dengan alur yang detail dan runut. Tapi tahukah kita kalau Tuhan yang kita kenal adalah pembuat skenario yang paling hebat untuk kehidupan? Bayangkan, jalan cerita setiap manusia mulai ditulis-Nya ketika belum jadi apa–apa, masih bakal anak, tapi Dia merangkainya dengan sempurna.

Kalau  mau membagikan kasih Tuhan, kenali dulu sumbernya. Tidak mungkin kita bisa membawa damai, tanpa mengenal Yesus. Kita tidak bisa ke mana – mana bawa Alkitab atau memakai kalung salib hanya untuk menunjukan identitas kita. Yang bisa membedakan kita dengan mereka adalah kehidupan sehari – sehari.

Tidak usah menjadi sok rohani atau seperti orang lain ketika berada di dunia sekitar. Waktu punya hubungan yang erat dengan Tuhan otomatis akan keluar semua  yang namanya kasih, empati, toleransi, menghargai, sabar, sukacita, dan semua yang berbau damai dan pengharapan. Semuanya sudah Tuhan tulis di skenario kehidupan, tinggal kita mau menjalaninya atau tidak. [WER]