Kamis, 2 April 2020

MEMBERI DALAM KEKURANGAN
“Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang
dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai
penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam
kemurahan” (2 Korintus 8:1-2)
Kekayaan tidak hadir dalam kelebihan melainkan dalam kekurangan. Seorang pengemis setengah baya
yang berkebutuhan khusus, bernama Simon Ozoemena terketuk pintu hatinya ketika melihat banyak korban banjir
yang menderita. Oktober 2013 lalu, banjir menghancurkan wilayah Anambra di Nigeria.
Tak tahan melihat kondisi banjir di sana, Simon menyerahkan uang sebesar 2 juta rupiah hasil sedekah
yang ia kumpulkan dari berbagai gereja kepada pemerintah. Ia meminta agar pemerintah menggunakan uang itu
dengan bijak demi menolong korban banjir.
Saat ditanya, kenapa ia yang menggantungkan hidup dari mengemis justru memberikan seluruh uangnya?
Simon berkata, “dulu kehidupan mereka lebih baik dari saya sebelum banjir ini datang…” ungkapnya singkat.
Sahabat NK, kondisi jemaat di Makedonia ada dalam kemiskinan yang sangat mendalam , tidak
seberuntung jemaat di Korintus yang lebih mampu, tetapi Paulus memuji mereka yang memberi dengan tulus hati
bahkan berlebih terhadap pelayanan Paulus. (2 Kor 8:3-5a)
Paulus mengatakan sukacita seperti ini dengan khara. Sebuah tindakan memberi yang dilandasi dengan
syukur yang mendalam. Kenapa orang Kristen bisa melakukan khara? Karena kharis Allah ada dalam dirinya. Kharis
adalah kasih karunia yang diberi Allah karena Allah adalah Allah yang bersedia memberi diri-Nya bagi manusia dan alam ciptaan. Kharis itu kemudian terwujud dalam kematian dan kebangkitan Yesus yang memberi diri-Nya bagi kita
sebagai sahabat yang baik dan rela berkorban. Karenanya, orang Kristen dengan kharis dalam hatinya akan terus
bertumbuh dari satu pemberian ke pemberian lain.
Kasih karunia Kristus yang tanpa batas telah memberikan kemampuan bagi jemaat Makedonia yang
sesungguhnya kemiskinan-nya bisa jadi alasan untuk enggan berbuat baik, tapi mereka melibatkan diri dalam
kegiatan membantu jemaat lain dengan murah hati. Mereka tetap bertahan dalam iman dan hidup dalam kemurahan
hati, meski kondisi mereka terbatas. Biarlah kasih karunia Kristus yang seperti ini melimpah juga dalam kehidupan
kita. [WR]