“OSONG KOMONG”
“Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan;” (Amsal 3 : 7)
Tikus: “Ahh, kau lagi… Malang betul diriku bertemu denganmu pagi begini!!!”
Merak: “Tunggu, janganlah dulu berburuk sangka padaku! Aku punya kabar istimewa penting untukmu!”
Tikus: “Berita basi apalagi yang hendak kau kumandangkan padaku, Unggas Congkak??!!”
Merak: “Taukah kau Kecil, kau harus berhati – hati!! Tadi di jalan aku bertemu sesosok makhluk aneh… Bentuknya seperti kantong kain sebulatan toples kacang… Bercorak kelabu mengkilat, namun berkumis bening… Ketika kusapa, dia menyeringai memamerkan taringnya… kemudian…”
Tikus : “AHHRGGHHH… Langsung saja katakan itu kucing!!! Tak perlu berputar – putar agar kelihatan kau tampak pintar!!! Justru kau tampak bodoh dengan bicara berbelit begini, dasar kau Unggas Pandir!!!”
Seketika itu ditutupnya kibaran ekor indah si Merak sambil memutar tubuh membuang wajah malunya dari hadapan si Tikus. Sama dengan si Merak, itu yang kerap kita lakukan kepada sesama. Sok menasehati sesama, dengan kata – kata yang diatur seakan rohani kita sudah setinggi langit. Kita berbagi bagaimana mengatasi iblis, padahal?? Padahal kita sendiri belum mengalami Kristus dalam kita. Modal membual, “osong komong” ehh, “omong kosong”. Kita yang sedang rapuh rohani tapi tanpa menyadari itu, seketika dengan fasihnya menggurui sesama yang kita anggap belum sehebat kita. Berlagak berhikmat tanpa sungguh beriman.
Seperti dua sisi mata uang, iman dan hikmat bertumbuh sejalan tiada terpisahkan. Tak mungkin kita berhikmat tanpa beriman. Pula tiada mungkin kita teguh beriman tanpa berbuahkan hikmat. Kini, sebelum kita berlanjut lebih lama menipu sesama, dengan hanya berpura bijak agar tampak tinggi beriman… jauh terlebih mulia jika kita sungguh memperkuat pengenalan kita akan Allah di mana dengan sendirinya hikmat Tuhan akan menyertai pikiran, perkataan, dan perbuatan kita. [AH]
Yeremia 37-38
Pasal 37, Orang yang melayani Tuhan harus selalu siap menghadapi hal-hal seperti: dimanfaatkan (37:1-10), disalahpahami (11-15), diabaikan (16-17), dipelihara Tuhan (18-21).
Pasal 38, mencatat tentang; Zedekia adalah raja yang lemah, karena ia membiarkan Yeremia ditangkap untuk dipenjarakan, mempercayai teman-temannya yang menjerumuskannya ke dalam lumpur kecemaran dan kekalahan.