Sabtu, 4 Juli 2020

PESAN HARU “ADEGAN BUNTUT”

“Bukankah AKU akan menyertai engkau? ” (Keluaran 3 : 12)

“Climb every mountain, search high and low, follow every byway, every path you know… Climb every mountain, ford every stream, follow every rainbow, ‘till you find your dream… The dreams that will need, all the love you can give, every day of your life, for as long as you live…” “Dakilah setiap gunung, cari tinggi dan rendahnya, ikuti setiap arah  jalur, setiap jalan yang kamu mengerti … Dakilah setiap gunung, arungi tiap arus, ikuti tiap pelangi, ‘sampai kamu menemukan impianmu… Mimpi akan membutuhkan, semua cinta yang dapat kamu berikan, setiap hari dalam hidupmu, selama kamu hidup.”

Lagu pendek itu suguhkan pesan haru sarat makna penutup cerita manis, drama berlatar kisah nyata. Betul, film Sound of Music. Kapten Von Trapp menikahi Maria, gadis yang awalnya jadi inang pengasuh ketujuh anak-anak sang kapten. Mariapun tidaklah meneruskan niat semula ’tuk jadi biarawati. Dan mereka hidup bahagia?… untuk sementara waktu. Hingga kemudian kapten Von Trapp dipanggil ke Angkatan Laut di bawah kepemimpinan pemerintahan Nazi sewaktu Jerman mulai menguasai Austria, sehingga keluarga kapten Von Trapp ini melarikan diri ke Swiss setelah menyanyi bersama dalam konser. Mereka memilih melarikan diri dengan meninggalkan semua kenyamanan yang mereka telah miliki. Pangkat tinggi sang kapten, rumah mewah mereka dengan segala isinya, dan… Itu semua demi hidup yang lebih baik. Mereka melarikan diri bersama, berjalan kaki dengan koper di tangan kiri, sementara tangan kanan dan kaki mereka disibukkan dengan menapaki bukit terjal dan mendaki pegunungan yang tidak mudah dilampaui.

“Bukankah AKU akan menyertai engkau?”. Itulah perkataan Allah yang disampaikan kepada Musa dalam rupa semak belukar penuh nyala api. Musapun hanya melakukan bagiannya. Melangkah dengan tuntunan Tuhan Allah. Saudaraku, melangkahlah, dakiilah setiap “medan peperangan” dalam hidupmu. Dan jangan biarkan kita berjalan sendirian meninggalkan Tuhan di belakang kita. Namun biarkanlah Tuhan menjadi Pemandu Tunggal berjalan mendahului kita. Tugas kita adalah berserah taat dan berjuang. Bukan berserah pasrah tanpa juang. Kalau Allah rela memberikan nyawa-Nya demi penebusan dosa kita, tentulah kasih-Nya yang melimpah akan memampukan kita mengarungi badai hidup dengan penyertaan dan tuntunan-Nya. Tugas kita, berjuang keras sesuai petunjuk-Nya. Jadikanlah Firman-Nya “kompas” penuntun kita. [AH]