Selasa, 11 Desember 2018

 

Jalan Sepi

“kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami.” (Mazmur 90:14b)

Ada seorang muda yang berpendidikan bagus, menjalani kuliah di kampus terkenal di Inggris, lalu lulus sebagai lulusan terbaik. Banyak yang menyangka pemuda ini pasti memilih bekerja di benua Eropa atau Amerika untuk menjadi tenaga ahli perusahaan terkenal dengan gaji yang tinggi dan hidup nyaman di apartemen yang mewah. Gambaran tentang hidup nyaman dengan masa depan cerah menurut pandangan kebanyakan orang.

Ternyata apa yang dilakukan pemuda terkenal cerdas dan pandai bergaul ini? Dia memilih mengabdikan hidup dan masa depannya di pedalaman Indonesia.Waduh, jadi untuk apa kuliah di kampus terbaik Inggris dan berhasil keluar sebagai lulusan terbaik? Nilai Matematika, Fisika, Kimia, dan bahkan Ekonomi pun selalu mendapat nilai terbaik. Untuk apa dia menguasai 3 bahasa asing? Buat apa semua predikat yang dia dapatkan jika hanya kerja di pedalaman, di tengah hutan? Rugi?

Setelah Pemuda ini diwawancara, alasan kenapa dia memilih jalan hidup yang “tidak menguntungkan“ ini, terkuak. Dia menyatakan, “Inilah jalan hidup yang saya pilih. Keputusan populer yang diambil kebanyakan orang pastinya bekerja di Eropa atau Amerika, perjalanan bisnis di kelas eksekutif, menginap di hotel bintang lima, rumah besar, gaji besar. Terus siapa yang akan membantu anak-anak di pedalaman agar mereka juga suatu saat bisa mengecap “hidup mewah“ seperti impian kalian itu? Saya memilih jalan hidup seperti ini dan bahagia!“ Pilihan yang anti-mainstream menurut saya, dan darinya dia belajar menuruti kata hati dan menyelami jalan Tuhan dalam hidupnya.

Hidup di dunia hanya sekali dan menuntut pilihan jalan yang tepat. Keputusan populer atau keputusan yang biasanya diambil kebanyakan orang, belum tentu menjadi keputusan paling tepat atau keputusan terbaik untuk hidup kita.

Kita diciptakan unik oleh Tuhan dengan tujuan yang unik juga dan memang dirancangkan spesial untuk kita. Belajarlah peka terhadap tuntunan Tuhan dan menjalaninya dengan iman. Jangan ragu jika kita memilih jalan yang dianggap “sepi“ oleh kebanyakan orang. [SE]