Selasa, 24 Oktober 2017

KARENA DOA

“Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” (Ibrani 4:16)

Kisah nyata dari seseorang yang episode hidupnya sempat dilewati dalam penjara. Lelaki itu kehabisan odol dipenjara. Malam itu adalah malam terakhir bagi odol di sikat giginya. Istri telat berkunjung, anak-anak yang melupakannya dan diabaikan oleh para sahabat, muncul menjadi kambing hitam yang sangat menjengkelkan. Lelaki itu merasa sendirian, bahkan lebih dari itu: tidak berharga!

Tiba-tiba saja pikiran iseng muncul. Bagaimana jika ia meminta odol pada Tuhan? Meminta odol kepada Tuhan tentunya adalah sesuatu yang sepele dan mungkin tidak pada tempatnya. Tapi apa daya, tidak punya odol untuk esok sangat penting bagi dirinya.
Dengan tekad bulat dan hati yang dikuat-kuatkan dari rasa malu, lelaki itu memutuskan untuk berdoa dengan cepat, bibirnya berbisik: “Tuhan Kau mengetahuinya aku sangat membutuhkan benda itu ”. Doa selesai. Terlalu malu ia mengucapkan amin. Tepat tengah malam, ia terjaga oleh keributan besar di selnya. Ada seorang ‘penghuni baru’ yang dijebloskan ke kamar penjara itu.

Karena iba, lelaki itu menghampiri teman barunya. Menghibur dan menenangkan. Karena lelah dan rasa kantuk mereka berdua pun kembali tertidur pulas. Pagi harinya, lelaki penghuni penjara itu terbangun karena bunyi tiang besi yang sengaja dibunyikan oleh petugas. Ia heran karena penghuni baru tadi sudah tidak di tempat, tetapi meninggalkan baginya sebuah bungkusan di tas plastik.

Ternyata dia korban salah tangkap petugas. Lelaki itu ternganga beberapa saat, lalu berlari memeriksa tas yang ditinggalkan untuknya. Tiba-tiba saja lututnya terasa lemas. “Ya..Tuhan!”, laki-laki itu berseru. Ia heran karena isi tas itu adalah lima kotak odol, sebuah sikat gigi baru, dua buah sabun mandi, tiga botol shampo dan beberapa helai pakaian sehari-hari.

Saat kita merasa jalan di hadapan kita seolah terputus. Saat harapan seakan menguap diganti deru ketakutan, kebimbangan dan putus asa. Pada saat seperti itu sebaiknya kita mengingat bahwa bahkan odol pun akan dikirimkan oleh Tuhan bagi siapapun yang membutuhkannya. [EI]