Pengorbanan yang Mendatangkan Kehidupan

170829094213

Tahun 2011 jadi tahun paling dikenang oleh masyarakat Jepang. Tepatnya pada 11 Maret 2011 silam, sebuah gempa berkekuatan 9.0 skala reichter menyebabkan gelombang tsunami setinggi 10 meter menyapu wilayah lepas pantai Samudra Pasifik Tohoku.

Akibat tsunami ini, sebanyak 15.269 orang tewas dan 8.526 lainnya hilang.

Peristiwa ini pun menyisakan kesedihan dan perkabungan mendalam bagi sebagian besar warga Jepang. Namun begitu, ada satu kisah menyentuh yang ditemukan sesaat setelah gempa ini mereda. Tsunami ini menyebabkan kehancuran besar hampir semua bangunan di sekitar pesisir pantai. Itu sebabnya tim evakuasi berniat untuk melakukan penyisiran di sekitar reruntuhan.

Mereka pun tiba di sebuah reruntuhan rumah. Lalu salah seorang dari mereka mulai memantai ke arah bagian dalam rumah lewat celah-celah kecil di sana dan menemukan sesosok mayat wanita muda. Dia berpikir, ada yang aneh dengan posisi wanita itu karena dia tampak berlutut seperti menyembah. Tubuhnya condong ke depan dan kedua tangannya menopang reruntuhan dan menghantam bagian punggung dan kepalanya.

Anggota tim penyelamat ini pun mulai curiga dan menyampaikan penemuannya kepada pemimpin tim. Tanpa menunggu lama, pemimpin tim itu pun mencoba meraih sang wanita dari celah-celah reruntuhan untuk memastikan apakah wanita itu masih hidup atau sudah meninggal. Sayangnya, saat disentuh tubuh wanita itu sudah dingin dan kaku.

Dia dan anggota tim lainnya pun meninggalkan rumah itu dan menyusur reruntuhan lainnya. Namun entah kenapa, sesaat sebelum meninggalkan reruntuhan rumah wanita itu, ada perasaan mengganjal yang seakan mendorongnya untuk kembali ke rumah itu.

Dengan penuh akal, dia mencoba untuk menggali reruntuhan itu dan mencari rongga terbuka. Dengan muka terkejut, pemimpin tim evakuasi mendengar jeritan seorang anak kecil. Diapun segera berteriak, “Anak kecil! Ada anak kecil!”

Mendengar teriakan itu, semua tim akhirnya berdatangan dan membantunya untuk mengeluarkan anak kecil itu dari dalam reruntuhan. Dengan hati-hati mereka mengangkat reruntuhan satu per satu. Dan betapa terkejutnya mereka saat menemukan ternyata di bawah tubuh wanita muda itu tampak seorang bayi laki-laki berusia 3 bulan yang terbungkus selimut bercorak bunga.

Mereka akhirnya menyadari bahwa wanita itu berusaha menyelamatkan bayinya dari reruntuhan. Dia rela ditimpa reruntuhan rumahnya demi menyelamatkan bayi malang itu.

Bayi malang itupun segera diperiksa kesehatannya oleh dokter medis yang ikut dalam evakuasi itu. Setelah membuka bungkusannya, dia menemukan sebuah telepon genggam di dalam bungkusan itu. Ada pesan teks di sana. Tertulis, “Kalau kamu bisa bertahan, kamu harus ingat bahwa aku mencintaimu.”

Pesan inipun jadi bukti bahwa wanita muda yang tertimpa reruntuhan itu adalah ibu dari sang bayi laki-laki itu. Dia rela mati demi menyelamatkan buah hatinya dari reruntuhan karena kasihnya yang besar.

Setiap orang yang membaca pesan singkat itupun tersentuh dan mencucurkan air mata. Mereka tahu persis bahwa seorang ibu mampu melakukan pengorbanan yang begitu besar semacam ini demi anaknya. Lewat pengorbanan sang ibu, bayi laki-laki itu memperoleh kesempatan hidup kembali.

Bukankah peristiwa ini juga mengingatkan kita pada pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib? Tsunami yang terjadi di Jepang ibarat hujatan yang diterima Yesus sesaat sebelum Pontius Pilatus menjatuhinya hukuman mati. Sebagai Tuhan, Yesus bisa saja menyelamatkan dirinya sendiri. Tapi Dia nggak melakukan hal itu sebab Dia harus rela melewati proses pengorbanan semacam itu untuk tujuan yang kekal yaitu menyelamatkan semua orang dari belenggu dosa.

Inilah pengorbanan terbesar yang Yesus lakukan bagi dunia, hanya sekali untuk selamanya yaitu tertikam dan diremukkan oleh karena kejahatan kita. Tapi pengorbanan menyakitkan itulah satu-satunya cara yang bisa dilakukannya untuk mendatangkan keselamatan bagi dunia.

“Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.” (Yesaya 53: 5)

Sumber : Jawaban.com