Selasa, 25 November 2014

TERUS BERANJAK NAIK

“…Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu? Ia berkata kepada mereka: Karena kamu kurang percaya…” (Matius 17:19-20)

Suatu kali kantor tempat saya bekerja mendatangkan seorang OB baru. Pada hari pertama kerja, dia nampak begitu canggung. Selain itu dia juga pemalu. Bahkan saat disuruh untuk membeli sesuatu di supermarket di seberang kantor, ia menolak. Alasannya takut menyeberang jalan raya dan tidak mengerti bagaimana caranya bertransaksi di supermarket.

Seiring waktu berjalan, OB ini mengalami berbagai perkembangan berarti. Selain dapat menyelesaikan tugas-tugas kebersihan yang menjadi deskripsi tugasnya, ia juga sudah lebih baik dalam sosialisasi dan komunikasi. Ia juga mulai terlibat dalam pelayanan untuk membantu pengoperasian sound system dan perangkat multimedia di gereja.

Bulan berlalu, tahun berganti, Mas OB ini mulai memiliki kerinduan untuk melanjutkan studi. Lalu ia mendaftarkan diri ke sebuah akademi komputer dan mulai mendapat kepercayaan baru di kantor sebagai Staf IT. Jika terjadi kerusakan komputer dan jaringan internet, dialah yang kerap membereskannya. Terakhir dia mengundurkan diri setelah menikah dan berpindah ke kota lain. Di kota yang baru, dia terlibat aktif dalam pelayanan doa dan menjadi pengurus sebuah satelit ibadah.

Seorang pemalu pada awalnya, kini berani berdiri di muka umum. Sebuah perubahan yang memerlukan proses dan memakan waktu. Inilah juga yang seharusnya terjadi di dalam perjalanan iman kita. Tuhan tidak menghendaki kita terjebak dalam stagnasi iman. Sebaliknya, Dia rindu agar kita terus mengalami peningkatan iman.

Awalnya mungkin kita tidak berani mengekspresikan iman. Awalnya kita kurang beriman, tetapi lama-kelamaan memiliki iman seperti biji sesawi. Dengan berjalannya waktu, kita mulai menjadi orang yang berani bersaksi tentang iman kita. Kita tidak ragu untuk menyatakan kepada dunia tentang Siapa yang kita percaya. [JP]

Yeremia 35-36

Berisikan; firman Tuhan yang tertulis (1-4), firman Tuhan yang diberitakan (5-10), firman Tuhan yang dihancurkan (11-26), firman Tuhan yang dipelihara (27-32). Bangsa Yehuda tidak mau menaati firman Tuhan, tetapi lebih menaati tradisi mereka.