Senin, 18 Februari 2019

 

SENGATNYA SUDAH HILANG

“Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?”

(1 Korintus 15:55)

Seorang bocah lelaki dan ayahnya sedang dalam perjalanan mengendarai mobil di jalan pedesaan pada suatu sore musim semi yang indah. Tiba-tiba entah dari mana seekor lebah terbang masuk ke dalam mobil dan berkeriapan di jendela. Karena bocah lelaki itu sangat alergi terhadap sengatan lebah, dia menjadi ketakutan. Ayahnya segera mengulurkan tangan ke kaca jendela, meraih lebah itu, menggenggam di tangannya dan kemudian melepaskannya. Tetapi begitu dia melepaskannya, putranya kembali menjadi panik karena dengungan lebah di sekitar bocah kecil itu.

Sang ayah yang merasakan kepanikan putranya. Sekali lagi dia mengulurkan tangannya, tetapi kali ini dia menunjuk tangannya. Di telapak tangan itu, menempel sengat lebah di kulitnya. “Kamu melihat ini?” dia bertanya. “Kamu tidak perlu takut lagi. Aku telah mengambil sengatnya buat kamu, Nak.”

Bagi kebanyakan orang, jika menemui secara mendadak situasi yang mengancam yang biasa muncul adalah rasa ketakutan. Bahkan berita atau informasi yang kebenarannya belum tentu pun, sering ditanggapi dengan tindakan panik, yang mengabaikan akal sehat.

Tak dapat dipungkiri bahwa di masa akhir jaman seperti saat ini, ada banyak ‘kabar yang menggemparkan’ di sekitar kita. Namun Alkitab mengajarkan kepada kita ketika bagaimana menghadapi situasi-situasi semacam itu. Rasul Petrus menulis, “Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa” (1Pet 4:7). Orang percaya tidak perlu takut atas situasi yang mengancam, tak terkecuali dengan kematian, karena Kristus telah mengambil ‘sengat maut dan dosa’.

Rasul Paulus mengingatkan bahwa kasih Kristus tak terbatas dan tak dapat dibatasi (Ef 3:18). Jadi jika kasih Bapa Surgawi begitu besarnya sehingga Dia telah mengambil ‘sengat’ ketakutan kita, apa yang perlu dikuatirkan lagi oleh anak-anak Tuhan selain mengalami Kasih-Nya setiap waktu? [SM]