Wuih! Masih SMP, Dua Bocah Ini Mampu Buat Alat untuk Kurangi Polusi Udara

Jika dilihat, kedua bocah ini tak ada bedanya dari bocah SMP lainnya di Indonesia. Namun siapa sangka, kedua bocah ini sudah mampu membuat alat untuk mengurangi polusi udara dari kendaraan bermotor. Wuih!
…………………………………………….

Budiman Halim (14) dan Fernando Augustin (14) adalah dua bocah tersebut. Murid kelas 9 Narada School di Kosambi, Jakarta Barat ini menciptakan alat yang dapat mengurangi kadar karbon dioksida dari asap kendaraan bermotor sehingga aman dihirup manusia.

“Prinsipnya memecah gas karbon dioksida (CO2) dari asap kendaraan bermotor menjadi karbon monoksida (CO), oksigen (O2) dan hidrogen (H2) jadinya nggak terlalu bahaya kalau dihirup,” tutur Budiman kepada detikHealth di acara International Exhibition for Young Inventor (IEYI) di Gedung SMESCO, Jl Gatot Subroto, Pancoran, Jakarta Selatan, Jumat (31/10/2014).

Bukan hanya itu saja, alat dibuat dengan modal tak lebih dari Rp 500 ribu juga dapat menangkap debu dan partikel halus lainnya yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. Budiman menjelaskan bahwa hal ini terjadi akibat arus listrik yang dihasilkan oleh taser (alat penyetrum) dapat menangkap komponen cahaya yang ada di zat kimia pada debu dan partikel halus.

“Prinsipnya semakin dekat jaraknya semakin besar hasilnya. Makanya taser yang menghasilkan listrik saya taruh di dalam paralon. Jadi kalau ditempel di motor atau mobil kena listrik langsung terpecah CO2-nya dan partikelnya ditangkap,” tuturnya.

Bukan itu saja, dengan mengaplikasikan prinsip yang sama, Budiman membuat alat serupa untuk mengurangi polusi udara di jalanan. Bedanya, alat ini tak ditempel di paralo‎n, namun dimasukkan ke dalam kotak dari kardus dan disambungkan ke kipas exhaust.

“Jadi alatnya saya keluarin dan di sampingnya bisa ditempel exhaust fan. Nanti kan dia menyedot udara dan istilahnya disaring di alat ini, keluarnya sudah tak berbahaya lagi,” sambungnya.

Sayangnya, alat ini memiliki bentuk yang besar dan berat. Budiman mengatakan bahwa alat bisa ditempelkan ke motor atau mobil, namun harus disolder sehingga tak akan kendor dan akhirnya terlepas di tengah jalan.

Baik Budiman maupun Nando mengaku mendapat dukungan dari orang tua mereka untuk mengikuti pameran. Dijelaskan Budiman bahwa dirinya memang suka bereksperimen sejak kecil, sementara Nando adalah sahabatnya yang memiliki hobi yang sama.

“Bedanya kalau dia (Budiman) lebih suka sama fisika-fisika. Kalau saya lebih kepada kimianya, he he,” tutur Nando.
Sumber : www.detik.com