“Saya Berharap Enggak Ada Pertumpahan Darah di Kalijodo…”

11420562760-13851579211676520115-IMG-5056780x390

Warga penghuni kawasan prostitusi dan perjudian di Kalijodo, Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara, mengganggap remeh gagasan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menggusur tempat itu.

Secara umum, warga Kalijodo termasuk para pekerja seks komersial (PSK)-nya mengaku akan melawan jika kawasan itu benar-benar digusur. Mereka mengaku sudah menetap di kawasan ini bertahun-tahun.

Warga juga menolak direlokasi ke Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa) yang disediakan Ahok lantaran sudah enak di Kalijodo.

Pantauan Warta Kota, Kamis (11/2/2016) siang, kondisi Jalan Kepanduan II RT 001/ 005, Kelurahan Pejagalan, tampak sepi.

Para PSK yang biasanya beraktivitas di sejumlah pub, kafe, atau klub yang berjejer di jalan itu belum bergeliat.

Tampak sejumlah perempuan penghibur yang bekerja sejak malam beranjak pulang dan tengah membersihkan lokasi hiburan tempatnya bekerja.

Terlihat sejumlah laki-laki berbadan kekar berdiri mengawasi beberapa lokasi hiburan di jalan tersebut. Di sisi lain, di jalan yang berdekatan dengan Banjir Kanal Barat (BKB) itu hanya terlihat beberapa warga yang tengah beraktifitas seperti biasanya.

Mereka ada yang tengah menjemur pakaian, mencuci motor, menjaga warung makan dan sembako, serta beberapa tukang parkir liar yang mengatur sepeda motor dan mobil, tak jauh dari tempat hiburan itu.

Pada malam hari, tarif parkir mobil Rp 80.000 ditambah uang keamanan Rp 20.000 sekali parkir. Jalan yang berbatasan dengan Kelurahan Angke, Tambora, Jakarta Barat ini juga terlihat cukup ramai dilintasi kendaraan.

Tidak resah

Sementara itu, di permukiman kumuh di kolong tol Kalijodo atau tepatnya di RW 004, sejumlah warga juga beraktivitas seperti biasa.

Tak tampak dari wajah mereka ada keresahan, menyusul rencana Ahok menggusur ratusan bangunan liar di kolong tol Kalijodo.

Beberapa sopir truk terpantau tengah asyik duduk-duduk sambil menyeruput kopi panas bersama rekan-rekannya di kolong tol Kalijodo yang dijadikan lokasi parkir.

Lebih jauh Warta Kota memantau kawasan permukiman kumuh itu dan tampak sejumlah anak kecil tengah bermain di gang-gang yang sudah disekat dengan bangunan liar berbahan triplek serta kayu.

Suasananya cukup tenang, meski jika ada orang asing masuk ke wilayah itu disambut tatapan sinis oleh warga setempat.

Menanggapi rencana Ahok menertibkan wilayah itu, Bayu (34), salah seorang warga RW 04 hanya tertawa. Ia yang mengaku bukan preman dan hanya warga biasa penghuni kolong tol Kalijodo berharap jangan sampai terjadi pertumpahan darah jika penertiban tetap dilakukan petugas gabungan.

“Saya enggak tahu kenapa rencana Ahok senekat itu. Di sini, sejarahnya polisi atau petugas berjabatan tinggi sekalipun takut masuk. Dia (Ahok) yang hanya dikenal tegas belum cukup.”

“Saya berharap enggak ada pertumpahan darah. Saya sebagai warga setuju ditertibkan atau dipindahkan ke rusunawa,” ucap Bayu sambil mengisap rokoknya dalam-dalam.

Setelah Bayu pergi meninggalkan Warta Kota, terpantau dari kejauhan sejumlah pemuda berkaus hitam tengah nongkrong sembari menunjuk-nunjukkan jarinya.

Tak lama berselang, salah seorang warga meminta Warta Kota untuk tidak melakukan peliputan di Kalijodo.

“Mas, bilang saja ke Ahok… kagak usah nyari masalah. Sudah mas jangan ke sini-sini lagi. Kita masih mau tinggal di sini. Mas ke Pos Polisi (Polpol) Teluk Gong saja, jangan ke sini. Tadi ada wartawan televisi diusir preman. Sudah sana… Sana pergi…!” ucap seorang laki-laki yang sedang duduk di depan rumahnya. (bas/ote)

Sumber : KOMPAS